Innhold levert av KBR Prime x The Conversation. Alt podcastinnhold, inkludert episoder, grafikk og podcastbeskrivelser, lastes opp og leveres direkte av KBR Prime x The Conversation eller deres podcastplattformpartner. Hvis du tror at noen bruker det opphavsrettsbeskyttede verket ditt uten din tillatelse, kan du følge prosessen skissert her https://no.player.fm/legal.
Player FM - Podcast-app Gå frakoblet med Player FM -appen!
On the Season 2 debut of Lost Cultures: Living Legacies , we travel to Bermuda, an Atlantic island whose history spans centuries and continents. Once uninhabited, Bermuda became a vital stop in transatlantic trade, a maritime stronghold, and a cultural crossroads shaped by African, European, Caribbean, and Native American influences. Guests Dr. Kristy Warren and Dr. Edward Harris trace its transformation from an uninhabited island to a strategic outpost shaped by shipwrecks, colonization, the transatlantic slave trade, and the rise and fall of empires. Plus, former Director of Tourism Gary Phillips shares the story of the Gombey tradition, a vibrant performance art rooted in resistance, migration, and cultural fusion. Together, they reveal how Bermuda’s layered past continues to shape its people, culture, and identity today. Learn more about your ad choices. Visit podcastchoices.com/adchoices…
Innhold levert av KBR Prime x The Conversation. Alt podcastinnhold, inkludert episoder, grafikk og podcastbeskrivelser, lastes opp og leveres direkte av KBR Prime x The Conversation eller deres podcastplattformpartner. Hvis du tror at noen bruker det opphavsrettsbeskyttede verket ditt uten din tillatelse, kan du følge prosessen skissert her https://no.player.fm/legal.
Mengulas fakta unik dan menakjubkan tentang sains dan berkenalan dengan ilmuwan tanah air yang mendunia!
Innhold levert av KBR Prime x The Conversation. Alt podcastinnhold, inkludert episoder, grafikk og podcastbeskrivelser, lastes opp og leveres direkte av KBR Prime x The Conversation eller deres podcastplattformpartner. Hvis du tror at noen bruker det opphavsrettsbeskyttede verket ditt uten din tillatelse, kan du følge prosessen skissert her https://no.player.fm/legal.
Mengulas fakta unik dan menakjubkan tentang sains dan berkenalan dengan ilmuwan tanah air yang mendunia!
Semua bisa kena dampak krisis iklim. Tanpa kecuali. Tapi ada kelompok yang disebut rentan atau beresiko tinggi akibat perubahan iklim yakni perempuan dan kelompok difabel. Sayangnya mereka kurang dilibatkan dalam rencana-rencana yang berkaitan dengan iklim. Di episode terakhir Sains Sekitar Kita Season 3 ini, Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina berbincang dengan Walin Hartati, Ketua III Bidang Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI). Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Pendidikan soal iklim sudah mendesak untuk masuk dalam mata pelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan climate literacy atau literasi iklim kepada para siswa. Pertanyaannya kemudian apakah perlu perubahan iklim ini menjadi mata pelajaran sendiri atau berjalan seperti saat ini, masuk dalam berbagai menjadi mata pelajaran? Bagaimana pula isu soal perubahan iklim diangkat dalam dunia pendidikan selama ini? Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina berbincang dengan Nadia Fairuza, peneliti di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Berdasarkan data Kementerian Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) sebesar 3.600-an Gigawatt. Dari potensi sebesar itu, energi surya penyumbang hingga 3.300 Gigawatt. Potensi EBT sebesar ini mestinya bisa membantu percepatan proses transisi energi dari energi fosil ke sumber energi yang lebih bersih. Namun apa saja yang perlu diperhatikan agar kita bisa memanen EBT dari penjuru Indonesia Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina akan membahas soal ini bersama, Akbar Bagaskara, peneliti Bidang Ketenagalistrikan dari Institute for Essential Services Reform (IESR). Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Menghangatnya suhu bumi, akibat perubahan iklim, mempercepat perkembangbiakan nyamuk. Mereka juga makin lahap mencari makan. Kondisi Ini mendorong naiknya angka penyebaran dan kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain DBD, ada beberapa penyakit lain yang jumlah kasusnya meningkat akibat laju pemanasan global. Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina akan membahasnya bersama Syafararisa Dian Pratiwi, anggota Research and Survey PIAREA Institute. *Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Pemerintah resmi menerbitkan aturan pemberian insentif kendaraan listrik mulai 20 Maret 2023 lalu. Salah satu tujuannya, mendorong efisiensi dan ketahanan energi serta mewujudkan kualitas udara bersih dan ramah lingkungan. Namun, sumber energi listrik yang masih berasal dari batu bara jadi persoalan tersendiri. Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas soal ini bersama, Alloysius Joko Purwanto, Energy Economist dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA). *Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Banyak sekali dampak buruk yang dihasilkan dari perubahan iklim. Mulai dari cuaca yang tak menentu, biaya yang semakin mahal, hingga kesehatan reproduksi. Bahkan sebuah penelitian menyebut perubahan iklim punya dampak serius pada ibu hamil. Seperti apa perubahan iklim mempengaruhi kesehatan reproduksi? Apakah laki-laki juga kena dampaknya? Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahasnya bersama Profesor Budi Haryanto, Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia dan Ketua Pusat Riset Perubahan Iklim. Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan, keuangan, dan kesehatan mental, tapi juga berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat adat. Mulai dari hutan, tempat tinggal, sampai kebudayaan mereka terancam punah. Kini mereka mengalami krisis identitas. Namun, sebenarnya apa kaitan perubahan iklim pada identitas mereka? Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas soal ini bersama Jangat Pico, pemuda Kader Sokola Rimba dan Nelce Etifera Assem, Ketua Eco Defender Jayapura. Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Pernahkah kamu merasa cemas akibat cuaca yang tak menentu seperti sekarang ini? Rupanya perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga memberi pengaruh pada manusia secara psikologis. Para peneliti mengungkap, perubahan iklim bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan mental atau biasa disebut sebagai eco-anxiety. Lalu apakah eco-anxiety berbahaya? Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas soal eco-anxiety bersama Dokter Trevino Pakasi dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. *Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Indonesia adalah negara kedua yang memiliki lahan gambut terluas di dunia, yaitu sekitar 24 juta hektar. Gambut memiliki manfaat yang banyak, mulai dari tempat menanam sagu hingga menyerap berkali-kali lipat karbon dioksida sumber emisi. Sayangnya, banyak lahan gambut yang rusak dan terbakar. Apa dampaknya bagi lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia? Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas fungsi gambut dan bagaimana anak muda bisa memanfaatkannya, bersama Wahyu Perdana, Juru Kampanye Pantau Gambut. Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Indonesia punya cita-cita memanfaatkan energi baru terbarukan EBT untuk memangkas emisi gas rumah kaca dan menjadi negara Net Zero Emission (NZE) atau Nol Emisi Karbon pada 2060. Dengan pemanfaatan EBT, harapannya kita bisa memitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi dari sektor energi yang menyumbang sekitar 40% dari total emisi karbon nasional atau setara 450 juta ton CO2e/tahun. Sayangnya, saat ini pemakaian bahan bakar fosil dalam sektor energi masih mendominasi. Dan Indonesia belum memiliki rencana apapun untuk phase out dari batubara. Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina akan membahas soal ini bersama Grita Anindarini, Deputi Direktur Bidang Program di Indonesian Centre for Environmental Law (ICEL). Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Revolusi Industri pada akhir abad ke-18 melahirkan mesin yang secara besar-besaran mampu menghasilkan barang berlipat ganda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Peningkatan produktivitas yang terjadi sejak era itu berdampak positif bagi perekonomian. Produk Domestik Bruto per kapita negara-negara di dunia meningkat. Namun di saat bersamaan pencemaran terhadap udara, air dan tanah, luput diantisipasi. Di episode ini Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas bagaimana perubahan lingkungan dan iklim akhirnya menggerus dompet kita, bersama Retno Suryandari, peneliti di Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Bukan perasaanmu saja kalau cuaca ekstrim makin sering terjadi. Tahun 2023 dibuka dengan badai dingin yang membekukan Amerika Serikat, Kanada dan Jepang. Sementara Eropa mencatatkan rekor terpanas dalam sejarah. kita juga terkejut dengan fenomena tanah arab yang menghijau. Kiamat sudah dekat? Yang jelas saintis sudah lama memprediksi soal terjadinya cuaca ekstrim. Kita sudah sering dengar soal bumi yang katanya makin sekarat. Lalu apa? Muammar Syarif dan Cornelia Wendelina membahas ini bersama Stanislaus Risadi Apresian, dosen Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan dan mahasiswa doktoral di University of Leeds. Tulisan Stanislaus terkait Global Environment Politics, dan International Political Economy bisa dibaca di The Conversation Indonesia. *Kami ingin mendengar komentarmu tentang topik ini. Kamu bisa kirim ke podcast@kbrprime.id…
Pengetahuan ilmuwan sebelumnya hanya meyakini dua spesies manusia yang datang ke Indonesia - yakni manusia purba atau Homo erectus (berdasarkan riset terbaru sekitar 1,3 juta - 600 ribu tahun lalu), dan juga manusia modern atau Homo sapiens (mulai sekitar 70 ribu tahun lalu) Namun, hal tersebut berubah sejak 2004 ketika sebuah tim Indonesia-Australia mengumumkan penemuan sisa manusia purba lain yaitu Homo floresiensis atau kerap dipanggil si "Hobbit" di Flores, Sulawesi. Penemuan ini mengguncang komunitas peneliti arkeologi dan paleontologi saat pertama kali ditemukan. Selain ukuran bagian tubuhnya yang cukup kecil dengan karakter biologis yang bahkan lebih purba dari Homo erectus, sisa Homo floresiensis ini juga ditemukan di kepulauan Indonesia tengah atau “Wallacea” - daerah perairan dalam yang terisolasi oleh arus laut yang kuat sehingga sangat menyulitkan migrasi manusia purba dari barat maupun timur. Bagaimana cerita seru penemuannya di Flores, dan bagaimana penemuan si ‘Hobbit’ ini mengubah wawasan kita tentang pola evolusi dan migrasi manusia? Untuk menjawab hal tersebut, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota tim legendaris yang menemukan Homo floresiensis. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Salah satu metode pengobatan yang kini sedang banyak diteliti untuk menyembuhkan berbagai penyakit manusia adalah terapi stem cell, atau “sel punca”. Stem cell adalah sel yang memiliki kemampuan untuk regenerasi dan bahkan berkembang menjadi berbagai sel khusus seperti sel otak dan hati. Ini membuat stem cell memiliki potensi tinggi dalam memulihkan cedera atau kerusakan organ tubuh. Meskipun masih butuh banyak penelitian dan uji klinis (di negara maju sedang gencar dilakukan riset stem cell untuk mengobati kondisi neuro-degeneratif seperti Alzheimer), terapi stem cell telah digunakan secara terbatas dalam pengobatan penyakit terkait darah seperti leukimia atau berbagai bentuk penyakit tulang. Bagaimana stem cell bekerja, apa saja potensi maupun kontroversinya, serta bagaimana masa depan dari metode pengobatan ini? Untuk menjawabnya, pada episode ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Berry Juliandi, peneliti stem cell di IPB University, Bogor. Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sejak tahun 1915, ketika Albert Einstein menerbitkan sebuah konsep yang dikenal dengan Teori Relativitas Umum - seperangkat rumus yang menjelaskan cara kerja gravitasi dan hubungannya dengan pergerakan cahaya serta berbagai benda di alam semesta - ilmu fisika modern telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.Salah satu cabang ilmu fisika tersebut adalah kosmologi, yang mempelajari tentang awal dan akhir alam semesta.Mereka mempelajari hal tersebut dengan meneliti berbagai fenomena di alam semesta seperti radiasi sisa ledakan “Big Bang”, lubang hitam, gelombang gravitasi, hingga “dark energy” (“energi gelap”).Dengan berbagai kemajuan ilmiah tersebut, apa yang saat ini kita tahu tentang kondisi alam semesta, asal usulnya, hingga takdir akhirnya nanti?Untuk menjawabnya, Sains Sekitar Kita pada episode ini berbicara dengan Husin Alatas, Guru Besar dan Kepala Divisi Fisika Teori di IPB University, Bogor.**Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Di masa depan, elektrifikasi dan pengembangan energi terbarukan menjadi semakin penting. Berbagai negara di dunia termasuk Indonesia kini mencari berbagai cara untuk mendukung infrastruktur dan transportasi dengan energi yang semakin hijau, semakin efisien, dan semakin tahan lama. Kementerian Perindustrian, misalnya, menargetkan produksi kendaraan di Indonesia terdiri dari 20% mobil listrik pada tahun 2025, dengan harapan pada 2040 akan naik menjadi 40%. Untuk mendukung visi ini, Indonesia membutuhkan industri baterai nasional yang maju untuk menyediakan berbagai komponen material dan teknologi baterai. Pada episode ini, Sains Sekitar Kita berbicara dengan Evvy Kartini, seorang peneliti senior di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan pendiri Institut Riset Baterai Nasional (N-BRI). Bagaimana perjalanan karir risetnya hingga pendirian institut tersebut? Dan apa langkah selanjutnya untuk mengembangkan industri baterai di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Orang utan adalah spesies primata yang populasinya terancam secara kritis. Di Borneo, misalnya, riset memperkirakan terjadi kehilangan 100.000 orang utan - atau sekitar 50% populasi mereka - dari 1999 hingga 2015. Namun, suatu hal yang jarang diketahui adalah bahwa orang utan merupakan spesies kera besar yang paling soliter. Setelah 6 atau 7 tahun hidup bersama induknya, mereka akan mulai menyebar dan hidup menyendiri di home range atau daerah tinggal masing-masing. Lalu, bagaimana primata yang hidupnya soliter ini menemukan pasangan? Untuk menjawab misteri ini, kami berbicara dengan Tatang Mitra Setia, peneliti biologi konservasi di Universitas Nasional yang menghabiskan lebih dari dua dekade meneliti tentang perilaku orang utan. Beberapa penelitiannya, misalnya, menyelidiki bagaimana seruan panjang atau long call dari orang utan jantan digunakan sebagai mekanisme “sayembara cinta” untuk menemukan pasangan betina. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Di Indonesia, setidaknya 640.000 orang mengidap HIV/AIDS pada 2018, dengan lebih dari 70.000 infeksi baru per tahunnya. Dalam upaya mencegah penyebaran AIDS di Indonesia, peneliti seringkali melacak perbedaan DNA atau 'genom' dari virus HIV. Ini dilakukan karena seiring waktu dan seiring menyebar ke berbagai negara, virus HIV bisa bermutasi atau bahkan bergabung dengan berbagai galur lain dan berkembang menjadi berbagai galur campuran. Hal ini penting diteliti karena perbedaan galur virus bisa menentukan pengobatan untuk pasien AIDS - mulai dari jenis obatnya (terapi anti-retroviral, atau ARV), pemberian dosisnya, atau bahkan untuk mengembangkan vaksinnya. Oleh karena itu, pada episode ini kami berbicara dengan Nasronudin, Ketua Gugus Penelitian HIV di Institut Penyakit Tropis, Universitas Airlangga. Nasronudin dan timnya berkolaborasi melakukan riset dengan peneliti Kobe University Jepang untuk melacak berbagai galur HIV yang ada di Indonesia dan asal usul persebarannya dari negara mana saja. Selain berhasil memetakan rute transmisi HIV dari sumbernya di Kinshasha, Afrika hingga sampai ke Indonesia, riset ini juga membantu petugas kesehatan dalam memetakan karakter resistensi pengidap HIV dan jenis pengobatannya yang sesuai di setiap daerah. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sebelum terjadi pandemi COVID-19, pada tahun 2019 terdapat 1,5 miliar turis internasional, naik hampir dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Aktivitas turisme ini dipicu salah satunya oleh berbagai hal mulai dari semakin berkembangnya tujuan wisata di dunia hingga banyaknya berbagai lokasi ikonik yang muncul di film. Hal ini kemudian mendorong munculnya aplikasi yang dirancang untuk membantu pengalaman wisata. Di antaranya adalah aplikasi yang sebatas menyarankan tujuan jalan-jalan seperti TripAdvisor, hingga situs seperti Visit a City yang dengan detail membantu merancang jadwal dan rute perjalanan dari berangkat hingga pulang. Bagaimana cara kerja algoritma atau rumus matematika di balik berbagai aplikasi wisata tersebut? Kriteria seperti apa yang dipakai aplikasi tersebut untuk menciptakan rute perjalanan yang terbaik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada episode kali ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Budhi Sholeh Wibowo. Budhi merupakan peneliti di Departemen Teknik Industri di Universitas Gadjah Mada. Sebagai ilmuwan data sekaligus ahli riset operasi, Budhi banyak meneliti tentang permasalahan terkait efisiensi perjalanan dan transportasi - seperti rute untuk trip wisata, rantai pasok perusahaan, hingga jaringan pelabuhan di Indonesia untuk mendukung wacana tol laut. Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Lalu lintas kendaraan di Jakarta merupakah salah satu yang paling padat di dunia. Sepanjang 2019, misalnya, waktu yang terbuang di jalanan karena kemacetan lebih dari 174 jam atau sekitar 7 hari per orang. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), produktivitas yang hilang akibat kemacetan ini setara dengan Rp 67,5 triliun. Pada episode ini, kami berbicara dengan Rizal Khaefi, ilmuwan data dari Pulse Lab Jakarta, laboratorium inovasi data di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Rizal dan timnya berupaya menyelesaikan masalah kemacetan ini dengan mendayagunakan data penggunaan internet dari warga Jakarta - salah satu kota di dunia yang paling aktif di media sosial dengan lebih dari 10 juta cuitan setiap harinya. Salah satu proyek riset mereka, misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan transportasi online di Asia Tenggara, Grab. Mereka memanfaatkan data perjalanan mitra pengemudi mereka dalam merancang model lalu lintas yang bisa digunakan untuk membuat berbagai kebijakan transportasi dan pembangunan jalan. Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Di Indonesia, pernikahan anak adalah masalah yang serius. Pada tahun 2018, misalnya, tercatat 11,21% perempuan di Indonesia menikah sebelum menginjak usia 18 tahun. Angka ini menempatkan Indonesia di antara delapan negara dengan angka pernikahan anak tertinggi di dunia. Selain faktor budaya dan agama, ternyata ada faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya angka pernikahan anak, yakni bencana alam yang terjadi di Indonesia. Pada episode ke-empat ini, kami berbicara dengan Teguh Dartanto, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia, yang meneliti hal ini bersama dengan salah satu mahasiswi bimbingannya, Ratih Kumala Dewi yang kini menempuh studi S2 di United Nations University (UNU-MERIT) di Maastricht, Belanda. Dengan menganalisis data dari Survei Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2015 dan Survei Potensi Desa (PODES) Tahun 2014, mereka menemukan pola bahwa angka bencana alam yang tinggi di suatu desa berhubungan erat dengan angka pernikahan anak yang terjadi di desa tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2015 memperkirakan lebih dari 70% limbah air di negara berpendapatan menengah ke bawah - termasuk Indonesia - tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan. Sungai Citarum di Jawa Barat, misalnya, menerima lebih dari 340.000 ton limbah air dari sekitar 2800 perusahaan setiap harinya - menjadikannya "sungai terkotor di dunia". Pada episode kali ini, kami berbicara dengan Felycia Soetaredjo, peneliti kimia di Universitas Widya Mandala Surabaya yang menemukan salah satu metode pengolahan air limbah industri terkuat di dunia. Pada tahun 2014, ia mendapat permintaan dari salah satu perusahaan elektronik di Surabaya untuk menurunkan tingkat racun dalam limbah air mereka. Tantangannya, menurunkan tingkat racunnya dari 7000 mg/L menjadi di bawah standar yang diperbolehkan, yakni 100 mg/L - atau sekitar 98%. Untuk mengurangi tingkat racun sebesar itu, proses pengolahan konvensional yang diterapkan perusahaan tersebut sebelumnya (menggunakan bakteri) memakan waktu hingga 2 bulan - teknik kimia yang ditemukan Felycia melakukannya hanya dalam waktu 15 menit. Bagaimana perjalanannya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Berbagai studi telah menemukan bahwa rumitnya sistem multipartai dan mekanisme pengawasan checks and balances yang tidak efisien antara eksekutif dan legislatif membuat banyak politikus Indonesia bekerja sama mencari jalan pintas untuk mewujudkan kepentingannya. Masalah sistemik tersebut kemudian melahirkan berbagai skandal korupsi massal seperti kasus Wisma Atlet dan E-KTP. Namun, ternyata ada faktor lain yang juga berkontribusi besar dalam mendorong terjadinya praktik korupsi berjamaah ini, yakni karakter sosial budaya masyarakat di suatu negara. Dalam episode ke-dua dari Sains Sekitar Kita Season 2 ini, kami berbincang dengan Galang Lutfiyanto, peneliti psikologi dan neurosains dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta yang meneliti tentang perbedaan pola korupsi di Indonesia dan Amerika Serikat (AS) - dua negara dengan budaya masyarakat yang bertolak belakang. Riset tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan New York University dan Harvard University di AS melalui program pendanaan riset Fulbright. Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita Season 2 di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Pandemi COVID-19 membuat peneliti dari berbagai negara berlomba mencari vaksin. Namun, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit yang perlu diberantas - ada kanker, diabetes, dan penyakit lainnya yang juga menunggu kehadiran obat. Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong penemuan obat tersebut adalah bioinformatika, yang merupakan kolaborasi antara biologi dan kimia dengan sains data. Untuk mendalami peran penting bioinformatika dalam riset medis - mulai dari pengelolaan data urutan genom hingga pemodelan komputer untuk menguji desain obat - Sains Sekitar Kita berbicara dengan dengan Arli Aditya Parikesit. Arli merupakan Ketua Departemen Bioinformatika di Indonesian International Institute for Life Sciences (I3L), satu-satunya lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang menawarkan Program Studi Bioinformatika. Dia juga menggagas pendekatan informatika dan pemodelan komputer dalam penelitian obat kanker payudara dan serviks. Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
The Conversation Indonesia berkolaborasi dengan KBR Media untuk meluncurkan Season 2 dari Podcast Sains Sekitar Kita . Dengarkan berbagai cerita menarik dari peneliti-peneliti terbaik Indonesia dan riset mereka yang menakjubkan. Mengapa bencana alam bisa menyebabkan pernikahan dini? Apa bedanya gaya korupsi orang Indonesia dan Amerika? Bagaimana orangutan, primata paling soliter, mencari jodoh? Dari epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir.…
Tahun 1955 Indonesia menggelar pemilu pertamanya. Ilmuwan politik dari Australia Herbert Feith menyebut pemilu kala itu sebagai pemilu yang ultra demokratis. Sejak saat itu sistem pemilu terus berubah tiap ganti pemerintahan. Sampai di 2019, pemilu dilaksanakan serentak untuk memilih presiden dan legislatif. Apakah ini sistem terbaik? Simak di Sains Sekitar Kita. Disusun Ikhsan Raharjo. Dibawakan Malika. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Orang yang fanatik berlebihan bisa melakukan bias kognitif. Dia hanya mengambil informasi mana yang disuka saja. Gawatnya fanatisme buta masih bisa tumbuh subur di iklim politik yang demokratis. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita bersama Guru Besar Fakultas Psikologi Politik Universitas Indonesia Profesor Hamdi Muluk. Disusun Ikhsan Rahardjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
40 persen dari total pemilih pada pemilu 2019 adalah orang muda usia 17 sampai 35 tahun. Tak heran, aneka jurus dikeluarkan politikus untuk meraup sebanyak mungkin lumbung suara muda itu. Ada yang coba ganti gaya agar penampilan terlihat lebih muda sampai menggunakan istilah-istilah kekinian saat bicara di depan publik. Sayang, relasi antara politikus dan anak-anak muda ini rupanya masih sebatas simbolik saja. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita. Disusun Ikhsan Rahardjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains sekitar kita kali ini akan membongkar jurus berpura-pura sakit alias malingering yang kerap digunakan politikus dan koruptor. Disusun Ikhsan Rahardjo. Dibawakan Naomi. Selamat mendengarkan. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains Sekitar Kita kali ini membahas hasil riset Yusti Probowati, profesor psikologi forensik pertama di Indonesia tentang bias para hakim ketika memutus perkara di ruang sidang. Selengkapnya seperti disusun Ikhsan Rahardjo berikut ini. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains Sekitar Kita kali ini menghadirkan Yosmina Tapilatu dan kecintaannya pada bakteri laut dalam. Kisahnya disusun Ikhsan Rahardjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Sains Sekitar Kita mau mengajak kamu ke perairan Indonesia Timur yang punya banyak harta karun tapi tidak banyak diketahui orang. Simak cerita Yosmina Tapilatu dari Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI kepada Ikhsan Rahardjo, berikut ini. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Bertahun-tahun bapak-ibu guru bicara di depan kelas tentang rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika. Sementara anak-anak pesimistis dengan manfaat pelajaran sains di sekolah. Apa yang salah dengan pendidikan sains kita? Simak penjelasan Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan kelautan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan fisikawan LIPI Haryo Sumowidagdo di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Ikhsan Rahardjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains sekitar kita kali ini menghadirkan pionir peneliti kodok dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Apa pentingnya meneliti kodok? Simak kisah yang disusun Ikhsan Rahardjo berikut ini. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Dalam budaya pop, katak atau kodok hanya dianggap hewan jelek jelmaan pangeran yang dikutuk penyihir jahat. Tidak anggun seperti gajah atau karismatik seperti singa. Tapi pasukan katak dan kodok tak pernah lupa menjalankan tugas mulia menjaga rantai makanan. Mereka juga jadi penanda kualitas lingkungan. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Ikhsan Rahardjo. Dibawakan Eka Jully. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Musim hujan telah tiba dan banyak air tergenang di sekitar rumah. Lingkungan kotor seperti itu yang menjadi tempat favorit nyamuk untuk berkembangbiak. Nyamuk malaria menggigit tubuh manusia mulai magrib sampai pagi. Malaria merupakan penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit Plasmodium. Satu gigitan saja bisa menyebabkan parasit masuk ke aliran darah. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Reputasi bakteri memang telanjur jelek. Orang lebih mengenal bakteri sebagai biang keladi berbagai penyakit. Padahal tak semua jahat. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita bersama Dr Puspita Lisdiyanti, peneliti mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Banyak ramalan dan penelitian soal kapan dan bagaimana kiamat terjadi. Tapi, tak ada yang menjamin kebenarannya. Mari mengintip skenario kiamat dari teropong astronomi bersama ilmuwan Premana Premadi di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Hilman Handoni. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains Sekitar Kita kali ini mengupas penyebab seseorang bisa keracunan makanan. Menghadirkan Dr Puspita Listiyanti, peneliti bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Kisahnya disusun Ikhsan Raharjo. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Musik metal atau rock secara umum telah dikaitkan dengan bermacam hal negatif. Anda bisa dikira tengah memuja setan lantaran ikut melantunkan lirik Stairways to Heaven milik Led Zeppelin. Atau dicurigai memiliki perilaku agresif sebab kerap mendengar Marilyn Manson. Benarkah musik metal memicu agresi? Simak Sains Sekitar Kita yang disusun Hilman Handoni. Ceritanya dibawakan Ikram Putra. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Meski hidup dengan penyakit ALS yang membatasi gerak tubuh, Premana Premadi pantang menyerah. Nama perempuan astronom pertama di Indonesia ini abadi di antara hampir dua juta asteroid lain di angkasa. Bagaimana mulanya langit memesona Premana Premadi? Simak di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Hilman Handoni. Dibawakan Aisha Rachmansyah. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Ada yang bilang astronomi adalah ilmu paling tua. Setua nenek moyang kita yang menoleh ke angkasa dan mencari tahu soal hujan, siang, malam, dan bintang yang gemerlapan. Tapi astronomi bukan cuma perkara mencari yang jauh. Dia juga menemukan apa yang paling dekat dengan manusia, dalam keseharian. Selengkapnya di Sains Sekitar Kita. Disusun Hilman Handoni. Dibawakan Prodita Sabarini. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Dihidangkan pagi, siang, atau malam, jamu bukan saja nikmat tapi berkhasiat. Tapi benarkah jamu sesakti yang sering kita dengar itu? Simak di Sains Sekitar Kiita. Ceritanya disusun Ikhsan Raharjo. Dibawakan Malika. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Bagaimana gula bisa memberikan tenaga, perasaan happy dan mengusir stres? Apa yang terjadi pada tubuh sehingga kita mungkin saja terjebak pada candu manis yang berbahaya? Simak di Sains Sekitar Kita. Ceritanya disusun Hilman Handoni. Dibawakan Aisha. Selamat mendengarkan. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id…
Sains Sekitar Kita kali ini menghadirkan aneka tips ala saintis agar hari-hari Anda lebih produktif! Selamat mendengarkan. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Velkommen til Player FM!
Player FM scanner netter for høykvalitets podcaster som du kan nyte nå. Det er den beste podcastappen og fungerer på Android, iPhone og internett. Registrer deg for å synkronisere abonnement på flere enheter.
Bli med på verdens beste podcastapp for å håndtere dine favorittserier online og spill dem av offline på vår Android og iOS-apper. Det er gratis og enkelt!